Selasa, 22 Januari 2013

Kesaksian Orang Mati Suri

Aslina adalah warga pekan baru
yang mati suri 24 Agustus 2006 lalu.
Gadis berusia sekitar 25 tahun itu
memberikan kesaksian saat
nyawanya dicabut dan apa yang
disaksikan ruhnya saat mati suri.
Sebelum Aslina memberi kesaksian,
pamannya Rustam Effendi
memberikan penjelasan pembuka.
Aslina berasal dari keluarga
sederhana, ia telah yatim. Sejak
kecil cobaan telah datang pada
dirinya. Pada umur tujuh tahun
tubuhnya terbakar api sehingga
harus menjalani dua kali operasi.
Menjelang usia SMA ia termakan
racun. Tersebab itu ia menderita
selama tiga tahun. Pada umur 20
tahun ia terkena gondok
(hipertiroid) . Gondok tersebut
menyebabkan beberapa kerusakan
pada jantung dan matanya. Karena
penyakit gondok itu maka Jumat, 24
Agustus 2006 Aslina menjalani
check-up atas gondoknyadi Rumah
Sakit di jakarta. Setelah itu, Hasil
pemeriksaan menyatakan
penyakitnya di ambang batas
sehingga belum bisa dioperasi..
”Kalau dioperasi maka akan terjadi
pendarahan,’ ‘ jelas Rustam. Oleh
karena itu Aslina hanya diberi obat.
Namun kondisinya tetap lemah.
Malamnya Aslina gelisah luar biasa,
dan terpaksa pamannya membawa
Aslina kembali ke jakarta sekitar
pukul 12 malam itu. Ia dimasukkan
ke unit gawat darurat (UGD), saat itu
detak jantungnya dan napasnya
sesak. Lalu ia dibawa ke luar UGD
masuk ke ruang perawatan. ”Aslina
seperti orang ombak (menjelang
sakratulmaut). Lalu saya ajarkan
kalimat thoyyibah dan syahadat.
Setelah itu dalam pandangan saya
Aslina menghembuskan nafas
terakhir, ” ungkapnya. Usai Rustam
memberi pengantar, lalu Aslina
memberikan kesaksiaanya.
”Mati adalah pasti. Kita ini calon-
calon mayat, calon penghuni kubur,”
begitu ia mengawali kesaksiaanya
setelah meminta seluruh hadirin
yang memenuhi Grand Ball Room
Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru
tersebut membacakan shalawat
untuk Nabi Muhammad SAW. Tak
lupa ia juga menasehati jamaah
untuk memantapkan iman, amal dan
ketakwaan sebelum mati datang.
”Saya telah merasakan mati,” ujar
anak yatim itu..
Hadirin terpaku mendengar
kesaksian itu. Sungguh, lanjutya,
terlalu sakit mati itu.
Diceritakan, rasa sakit ketika nyawa
dicabut itu seperti sakitnya kulit
hewan ditarik dari daging, dikoyak.
Bahkan lebih sakit lagi. ”Terasa
malaikat mencabut (nyawa) dari kaki
kanan saya,” tambahnya. Di saat itu
ia sempat diajarkan oleh pamannya
kalimat thoyibah. ”Saat di ujung
napas, saya berzikir,” ujarnya.
”Sungguh sakitnya, Pak, Bu,”
ulangnya di hadapan lebih dari 300
alumni ESQ Pekanbaru.
Diungkapkan, ketika ruhnya telah
tercabut dari jasad, ia menyaksikan
di sekelilingnya ada dokter,
pamannya dan ia juga melihat
jasadnya yang terbujur. Setelah itu
datang dua malaikat serba putih
mengucapkanAssalammualaiku m
kepada ruh Aslina. ”Malaikat itu
besar, kalau memanggil, jantung
rasanya mau copot, gemetar,” ujar
Aslina mencerita pengalaman
matinya. Lalu malaikat itu bertanya:
‘’siapa Tuhanmu, apa agamamu,
dimana kiblatmu dan siapa nama
orangtuamu.. “ Ruh Aslina menjawab
semua pertanyaan itu dengan
lancar. Lalu ia dibawa ke alam
barzah. ”Tak ada teman kecuali
amal,” tambah Aslina yang Ahad
malam itu berpakaian serba hijau.
Seperti pengakuan pamannya, Aslina
bukan seorang pendakwah, tapi
malam itu ia tampil memberikan
kesaksian bagaikan seorang
muballighah. Di alam barzah ia
melihat seseorang ditemani oleh
sosok yangmukanya berkudis,badan
berbulu dan mengeluarkan bau
busuk. Mungkin sosok itulah adalah
amal buruk dari orang tersebut.
Kemudian Aslina melanjutkan.
”Bapak, Ibu, ingatlah mati,” sekali
lagi ia mengajak hadirin untuk
bertaubat dan beramal sebelum ajal
menjemput. Di alam barzah, ia
melanjutkan kesaksiannya, ruh
Aslina dipimpin olehdua orang
malaikat. Saat itu ia ingin sekali
berjumpa dengan ayahnya. Lalu ia
memanggil malaikat itu
dengan”Ayah”. ”Wahai ayah bisakah
saya bertemu dengan ayah saya,”
tanyanya. Lalu muncullah satu
sosok.Ruh Aslina tak mengenal sosok
yang berusia antara 17-20 tahun
itu. Sebab ayahnya meninggal saat
berusia65 tahun. Ternyata memang
benar, sosok muda itu adalah
ayahnya. Ruh Aslina mengucapkan
salam ke ayahnya dan berkata:
”Wahai ayah, janji saya telah
sampai.” Mendengar itu ayah saya
saya menangis. Lalu ayahnya berkata
kepada Aslina. ”Pulanglah ke rumah,
kasihan adik-adikmu. ” ruh Aslina
pun menjawab. ”Saya tak bisa
pulang, karena janji telah sampai”.
Usai menceritakan dialog itu, Aslina
mengingatkan kembali kepada
hadirin bahwa alam barzah dan
akhiratitu benar-benar ada. ”Alam
barzah, akhirat, surga dan neraka
itu betul ada. Akhirat adalah kekal,”
ujarnya bak seorang pendakwah.
Setelah dialog antara ruh Aslina dan
ayahnya. Ayahnya tersebut
menunduk. Lalu dua malaikat
memimpinnya kembali, ia bertemu
dengan perempuan yang beramal
shaleh yang mukanya bercahaya dan
wangi. Lalu ruh Aslina dibawa kursi
yang empuk dan didudukkan di
kursi tersebut, disebelahnya
terdapat seorang perempuan yang
menutup aurat, wajahnya cantik.
Ruh Aslina bertanya kepada
perempuan itu. ”Siapa kamu?” lalu
perempuan itu menjawab.”Akulah
(amal) kamu.”
Selanjutnya ia dibawa bersama dua
malaikat dan amalnya berjalan
menelurusi lorong waktu melihat
penderitaan manusia yang disiksa.
Di sana ia melihat seorang laki-laki
yang memikul besi seberat 500 ton,
tangannya dirantai ke bahu,
pakaiannya koyak-koyak dan baunya
menjijikkan. Ruh Aslina bertanya
kepadaamalnya. ”Siapa manusia ini?”
Amal Aslina menjawab orang
tersebut ketika hidupnya suka
membunuh orang.
Lalu dilihatnya orang yang yang
kulit dan dagingnya lepas. Ruh
Aslina bertanya lagi ke amalnya
tentang orang tersebut. Amalnya
mengatakan bahwa manusia
tersebut tidak pernah shalat.
Selanjutnya tampak pula oleh ruh
Aslina manusia yang dihujamkan
besi ke tubuhnya. Ternyata orang itu
adalah manusia yang suka berzina.
Tampak juga orang saling bunuh,
manusia itu ketika hidup suka
bertengkar dan mengancam orang
lain.
Dilihatkan juga pada ruh Aslina,
orang yang ditusuk dengan 80
tusukan, setiap tusukan terdapat 80
mata pisau yang tembus ke dadanya,
lalu berlumuran darah, orang
tersebut menjerit dan tidak ada
yang menolongnya. Ruh Aslina
bertanya pada amalnya. Dan dijawab
orang tersebut adalah orang juga
suka membunuh. Ada pula orang
yang dihempaskan ke tanah lalu
dibunuh. Orang tersebut adalah
anak yang durhaka dan tidak mau
memelihara orang tuanya ketika di
dunia.
Perjalanan menelusuri lorong waktu
terus berlanjut. Sampailah ruh
Aslina di malam yang gelap, kelam
dan sangat pekat sehingga dua
malaikat dan amalnya yang ada
disisinya tak tampak. Tiba-tiba
muncul suara orang mengucap :
Subhanallah, Alhamdulillah dan
Allahu Akbar. Tiba-tiba ada yang
mengalungkan sesuatu di lehernya.
Kalungan itu ternyata tasbih yang
memiliki biji 99 butir.
Perjalanan berlanjut. Ia nampak
tepak tembaga yang sisi-sisinya
mengeluarkan cahaya, di belakang
tepak itu terdapat gambar kakbah.
Di dalam tepak terdapat batangan
emas. Ruh Aslina bertanya pada
amalnya tentang tepak itu. Amalnya
menjawab tepak tersebut adalah
husnul khatimah. (Husnul khatimah
secara literlek berarti akhir yang
baik. Yakni keadaan dimana manusia
pada akhir hayatnya dalam keadaan
(berbuat)baik,red).
Selanjutnya ruh Aslina
mendengarkan adzan seperti adzan
di Mekkah. Ia pun mengatakan
kepada amalnya. ”Saya mau shalat.”
Lalu dua malaikat yang
memimpinnya melepaskan tangan
ruh Aslina. ”Saya pun bertayamum,
saya shalat seperti orang-orang di
dunia shalat,” ungkap Aslina.
Selanjutnya ia kembali dipimpin
untuk melihat Masjid Nabawi. Lalu
diperlihatkan pula kepada ruh
Aslina, makam Nabi Muhammad
SAW. Dimakam tersebut batangan-
batangan emas di dalam tepak
”husnul khatimah” itu mengeluarkan
cahaya terang. Berikutnya ia melihat
cahaya seperti matahari tapi agak
kecil. Cahaya itu pun bicara kepada
ruh Aslina. ”Tolong kau sampaikan
kepada umat, untuk bersujud di
hadapan Allah.”
Selanjutnya ruh Aslina menyaksikan
miliaran manusia dari berbagai abad
berkumpul di satu lapangan yang
sangat luas. Ruh Aslina hanya
berjarak sekitar lima meter dari
kumpulan manusia itu. Kumpulan
manusia itu berkata. ”Cepatlah
kiamat, aku tak tahan lagi di sini Ya
Allah.” Manusia-manusia itu juga
memohon. ”Tolong kembalikan aku
ke dunia, aku mau beramal.”
Begitulah di antara cerita Aslina
terhadap apa yang dilihat ruhnya
saat ia mati suri. Dalam
kesaksiaannya ia senantiasa
mengajak hadirin yang datang pada
pertemuan alumni ESQ itu untuk
bertaubat dan beramal shaleh serta
tidak melanggar aturan Allah.
”Apa yang disampaikan Aslina,
mungkin bukti yang ditunjukkan
Allah kepada kita semua, ” ujarnya.
Menanggapi kesaksian Aslina yang
melihat orang-orang berteriak ingin
dikembalikan ke dunia dan ingin
beramal serta penelitian Raymond
yang menyebutkan ”aku ingin agar
aku dapat kembali dan membatalkan
semuanya,” Legisan mengutip ayat
Al-Quran Surat Al-Mu’muninun (23)
ayat 99-100:
Hingga apabila datang kematian
kepada seseorang dari mereka, dia
berkata:”Ya, Tuhanku kembalikanlah
aku (ke dunia).”(99) . Agar aku
berbuat amal yang saleh terhadap
yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali
tidak. Sesungguhnya itu adalah
perkataan yang diucapkannya saja.
Dan di hadapan mereka ada dinding
sampai hari mereka dibangkitkan.
(100).
Sebagai penguat dalil agar manusia
bertaubat, dikutipkan juga Quran
Surat Az-Zumar ayat 39: ”Dan
kembalilah kamu kepada Tuhan-Mu,
dan berserah dirilah kepada-Nya
sebelum datang azab kepadamu
kemudian kamu tidak dapat ditolong
(lagi).”
Setelah berpidato, aslina
mendapatkan tepukan meriah dari
penonton tapi bila di facebook, ia
dapatkan jempol sekarang.
Semoga pembaca dapat mengambil
pelajaran darikesaksiaan
tersebut.-------------------------------------------------------------------------------
Nb : Bagikan cerita ini kepada
semua orang, agar mereka
mendapat hikmahnya dari cerita ini.
Dan Ternyata hidup ini hanya
sementara, serta hanya amal juga
hati yang bersihlah yang mampu
menuntun kita menuju jalan
kehadapan Illahi.

Unknown

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright @ 2013 ALFAMA.

Designed by Templateify & Sponsored By Twigplay